Rabu, 26 Oktober 2016

RESENSI BUKU AGENDA MENDESA BANGSA, SELAMATKAN INDONESIA – AMIN RAIS



Judul        : Agenda - Mendesak Bangsa, Selamatkan Indonesia
Penulis   : Mohammad Amin Rais
Penerbit : PPSK Press, Cetakan III, Mei 2008
Tebal     : xv+298 halaman
Cetakan   :  Ekstra, 2008
Presensi : Adi Prastiyo, Ketua Kajian PMII Jakarta Timur 

            Dalam bukunya, Amin Rais menjelaskan buju agenda mendesak bangsa dibagi menjadi 7 bab, dengan penjelasannya masing masing tiap babnya. Amin rais menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dan intelek. Awalnya saya mengira bahwa buku karya Amin Rais ini adalah buku yang hanya menyodorkan cara cara atau karya tulis nasionais yang mendorong bangsa Indonesia untuk “selamatkan indonesia’, tetapi didaam buku ini Amin Rais juga menjelaskan bahwa sebenarnya bangsa Indonesia bukanlah bangsa yang lemah, bangsa Indonesia adalah bangsa yang maju dan kuat sehingga melalui tulisan karya beiau sangat menginspirasi para pembacanya bahwa Indonesia juga bisa.
            Buku ini dibagi menjadi 7 bab diantaranya adalah : Sejarah Berulang, Globalisasi Makin Layu, Kritik Tajam Dari Dalam, Pax Americana, Korporatokrasi, Korupsi Paling Berbahaya, dan yang terakhir Kesimpulan dan Saran.

v Sejarah Berulang

Dalam Bab 1, Amin Rais berpendapat bahwa apa yang kita alami dan saksikan dalam beberapa tahun terakhir abad 20 dan tahun pertama abad 21, dalam beberapa hal, adalah pengulangan dari pengalaman kita di masa penjajahan kompeni dan pemerintah belanda di masa lalu. Bedanya hanya dalam formatnya saja. Dulu Belanda memakai kekuatan militer, sekarang tidak lagi tapi kita sudah kehilangan kemandirian, dan kedaulatan ekonomi. Kita tergantung dan menggantungkan diri pada kekuatan asing. Oleh karena itu Amin menghimbau kita agar belajar dari sejarah agar kita tidak jatuh karena kesalahan yang sama. Amin Rais berpendapat bahwa apa yang kita alami sekarang ini adalah bagaikan perputaran kejadian yang pernah kita alami dulu, walaupun “penjajahan” yang kita alami dulu dan sekarang berbeda, tetapi kita tetaplah dikatakan dalam masa “penjajahan”.
Organisasi Belanda yaitu VOC mampu menjajah kita sampai ratusan tahun karena didukung pemerintah Belanda secara politik dan militer. Dukungan bank dan media massa dan publikasi juga sudah ada. Dukungan intelektual antara lain dari Snouck Hurgronje. Tetapi sangat disayangkan, ada juga penguasa pribumi yang membela mereka seperti Amangkurat I dan II dari mataram. Mereka justru mempermudah jatuhnya wilayah kita ke tangan Belanda. Dengan alih alih negosiasi dan memperoleh keuntungan, pemerintah belanda berhasil menarik beberapa penguasa pribumi sehingga mereka dapatdengan mudah menjadikan Negara Indonesia sebagai lading keuntungan selama bertahun tahun.
v Globalisasi Makin Layu
Globalisasi pada pokoknya berarti proses interkoneksi yang terus meningkat di antara berbagai masyarakat sehingga kejadian yang berlangsung di sebuah negara mempengaruhi negara dan masyarakat lainnya. Dalam proses ini terjadi internasionalisasi, leberalisasi, universalisasi, westernisasi (modernisasi) dan deteritorialisasi.
Ada tiga pilar globalisasi yaitu IMF, World Bank dan WTO. Mereka menjalankan tugas berdasarkan konsep Washington Consensus dari John Williamson yang menyarankan agar negara berkembang melakukan perubahan dalam sepuluh hal berikut :
1. Perdaganagn bebas.
2. Liberalisasi pasar modal.
3. Nilai tukar mengambang.
4. Angka bunga ditentukan pasar.
5. Deregulasi pasar.
6. Transfer aset dari sektor publik ke sektor swasta.
7. Fokus ketat dalam pengeluaran publik pada berbagai target pembangunan sosial.
8. Anggaran berimbang.
9. Reformasi pajak.
10.Perlindungan atas hak milik dan hak cipta.
Globalisasi menjanjikan dunia yang lebih baik terutama dalam politik ekonomi. Demokrasi dijanjikan akan berkembang yang akan melenyapkan nasionalisme sempit, menggusur kediktatoran, rasisme dan kekerasan politik. Di ekonomi pasar akan tumbuh dahsyat dan akan menguntungkan seluruh masyarakat. Kemakmuran akan merata dan umat manusia akan bahagia. Tapi ternyata janji itu tidak terbukti. Globalisasi makin layu karena imperialisme ekonomi lebih dominan.
Noam Chomski mengatakan bahwa globalisasi berubah menjadi tirani, oligarkhi dan oligopoli. Henry Veltmeyer mengkritik bahwa globalisasi pada dasarnya adalah imperialisme ekonomi.
Globalisasi melahirkan kesenjangan negara kaya dan miskin dan menciptakan sistem ekonomi yang eksploiatatif, dan menghilangkan kedaulatan negara yang lemah pertahanan nasionalnya seperti Indonesia.

v Kritik Tajam Dari Dalam

Joseph Stiglitz berpendapat bahwa ekonomi pasar bebas tidak akan pernah menghasilkan efisiensi karena adanya informasi asimetris dari pelaku pasar. Keterbukaan ekonomi dan liberalisasi juga dia koreksi. Negara negara yang membuka dirinya bagi perdagangan bebas, menderegulasi pasar uang dan menjual BUMN justru mundur. Negara berkembang justru menjadi korban liberalisasi modal dan keuangan. IMF dan Bank Dunia yang didominasi AS sudah menjadi instrumen politik luar negri AS yang merugikan negara berkembang.
IMF berperan sebagai kolonialis. IMF memaksa negara negaar mengadopsi kebijakan yang tidak pro kepentinagn mereka sendiri. Pemaksaan privatisasi cepat misalnya malah memperburuk ekonomi dan ada dampak buruk sosial politknya.
WTO juga menguntungkan negara maju dan menekan negara berkembang. Petani di negara maju disubsidi tapi di negara berkembang tidak boleh disubsidi. AS berkotbah tentang keterbukaan pasar tapi ketika industri dalam negrinya terancam impor dia membentuk kartel baja dan aluminium. As emndorong liberalisasi jasa keuangan tapi menentang liberalisasi sektor jasa pada umumnya, termasuk maritim. Agenda WTO curang sehingga mempersulit negara berkembang.
Stiglitz berpendapat bahwa ada lima kelemahan kunci sehingga globalisasi tidak memberi manfaat bagi kebanyakan masyarakat dunia. Pertama ada aturan main yang tidak fair yang menguntungkan negaar kaya dan korporasi. Kedua terlalu mengunggulkan nilai material di atas nilai lainnya. Ketiga aturan perdagangan dunia menenggelamkan kedaulatan negaar miskin. Keempat pertumbuhan ekonomi berdasar hukum pasar hanya menguntungkan sebagian orang dan memperlebar kesenjangan. Kelima model Amerika yang dipaksakan atas negara miskin merusak dan menimbulkan kebencian atau perlawanan.
Stiglitz menyarankan agar Indonesia keluar dari kungkungan pemahaman keliru atas globalisasi dan memiliki agenda baru. Liberalisasi pasar modal yang kita praktekkan bukanlah solusi. Ini bukan sumber pertumbuhan ekonomi tapi malah menciptakan ketidakstabilan. Agenda baru antaar lain land reform dan investasi di pendidikan dan yang paling penting adalah negosiasi ulang atas seluruh kontrak karya pertambangan yang merugikan Indonesia dan memberi keuntungan eksesif kepada korporasi asing. Jika pemerintah berani maka Indonesia akan memperoleh keuntungan jauh lebih besar. Saran Stiglitz lain adalah nasionalisasi eksplorasi migas.
Ada empat alasan untuk menuntut renegosiasi seluruh kontrak karya pertambangan. Pertama, doktrin pacta sunt survanda harus dipahami sebagai satu kesatuan dengan doktrin rebus sic stantibus. Bila sebuah kontrak merugikan salah satu pihak, maka pihak yang dirugikan berhak merundingkan kembali kontrak perjanjian tersebut. Kedau pasal 1 ayat 2 The International rights covenant on civil and political rights yang intinya bahwa semua bangsa memiliki kebebasan untuk memanfaatkan sumber daya alamnya dan bahwa kerja sama ekonomi internasional harus berdasarkan pada prinsip saling untung dan hukum internasional.
Ketiga, tafsir atas Universal Declaration of Human rights bahwa melindungi dan memanfaatkan kekayaan alam milik kita untuk kita sendiri adalah salah satu hak azasi manusia. Tidak boleh ada seseorang yang dikungkung dalam perbudakan dan penghambaan.
Keempat, pasal 33 ayat 3 UUd 45:"Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar beear kemakmuran rakyat".



v Pax Americana
Impian Pax Americana tumbuh pada masa Clinton.  Mereka ingin perlunya supremasi militer yang tak tertandingi oleh negara manapun.  PBB juga harus bisa dikuasai.  Cikal bakalnya adalah Defense Planning Guide dari tahun 1992 yang dirancang antara lain oleh Paul Wolfowitz mantan dubes AS di Indonesia.  Gagasan intinya adalah anggaran pertahanan harus diperbesar sehingga kesaktian militer AS tidak akan tertandingi siapapun.  Serangan pendahuluan dan pencegahan boleh dilakukan di manapun dan kapanpun bila memenuhi kepentingan global AS.  Amerika berhak mengintervensi konflik di mana saja walaupun tidak dalam kepentingan langsungnya apabila masih dalam kepentingan sekutunya atau demi memeiliohara stabilitas internasional.
Gagasan ini dikembangkan dalam Rebuilding America's Defenses pada September 2000.  Para tokohnya seperti Dick Cheney,  Paul Wolofowitz dan lain lain masuk ke pemerintahan Bush.  Pada 2002 Gedung Putih menerbitkan dokumen The National Security of the  United States of America.  Intinya diambilkan dari RAD.
v Korporatokrasi
Korporatokrasi adalah sistem kekuasaan yang dikontrol oleh berbagai korporasi besar,  bank bank internasional dan pemerintahan.  Kata Perkins :  elit baru yang telah berketetapan hati untuk menguasai planet bumi.  Ada tujuh unsurnya sebagai berikut.
1.      Korporasi besar.
2.      Pemerintah
3.      Perbankan dan Lembaga Keuangan Internasional
4.      Militer
5.      Media Massa
6.      Intelektual Pengabdi Kekuasaan
7.      Elite Nasional Bermental Inlander

v Korupsi paling berbahaya :  State capture Corruption.
Korporasi asing menguasai Indonesia melalui State capture corruption atau state-hijacked corruption atau korupsi yang menyandera negara.   Kekuasaan negara di eksekutif,  legislatif dan judikatif telah menghamba pada kepentinagn asing dan melakukan korupsi paling besar dan berbahaya karena mempertaruhkan kedaulatan ekonomi,  kedaulatan politik dan bahkan kedaulatan pertahanan keamanan Indonesia.
Akibat korupsi ini kekayaan negara termasuk sumber daya alamnya dijarah siang malam selama puluhan tahun oleh korporasi asing dengan bantuan legalisasi,  rasionalisasi dan justifikasi pemerintah.

v Bab VII  :  Kesimpulan dan saran.
Pemerintah sudah menjadi broken government.
Saran saran :
·        Siapkan kepemimpinan nasional alternatif yang berjiwa merdeka dan bebas,  harus orang muda yang punya wawasan nasional dan internasional,  idealnya lintas suku,  agama,  parpol dan latar belakang ekonomi dan sosial.
·        Mereka harus memahami bahwa kekuasaan adalah mandat dari rakyat jadi harus jujur dan bekerja keras untuk rakyat.  Kekuasaan bukan untuk memperkaya diri dan kepentingan pribadi.
·        Kepemimpinan nasional baru harus mempromosikan pentingnya kemandirian nasional.  Merdeka dan berdaulat dalam ekonomi,  politik,  hankam dan pendidikan.

·        Kerja sama luar negri harus berdasarkan kesetaraan dan saling menguntungkan.  Indonesia harus tidak menjadi budak yang melayani kepentingan korporasi asing.
·        Kepemimpinan baru harus tidak lagi jadi bagian state capture corruption yang membawa Indonesia ke kemiskinan dan kemunduran multi dimensi.  State capture corruption harus berhenti.
·        State capture corruption  adalah sumber segala kemunduran.
·        Ekonom dibutuhkan untuk gabung ke KPK untuk membantu mengatasi kejahatan ekonomi.
·        Kaji ulang semua kontrak production sharing dengan jujur dan rasional.  Negosiasi ulang adalah suatu keharusan.
·        Indonesia harus menghormati pacta sunt survanda tapi harus tidak melupakan klausul rebus sic stantibus.  kepentingan nasional adalah nomor satu.  Kepentingan korporasi asing harus tidak di atas kepentingan nasional.

·        Semua UU strategis harus ditinjau ulang.  UU tentang tambang,  penanaman modal,  BUMN,  pertanian,  perkebunan,  listrik,  perairan,  kehutanan,  yang merugikan Indonesia harus dikaji ulang.

·        DPR mendtang harus punya satu orientasi - melindungi dan menjunjung tinggi kepentingan nasional.  Mereka harus hentikan suap.

·        Media massa sebagai pilar keempat dan watchdog harus mengambil alih peran parlemen sebagai kontrols sosial jika parlemen terllau lemah melindungi kepentingan rakyat.

·        Konspirasi eksekutif- dan legislatif nyata dalam proses legsilasi.  Konspirasi beroperasi melalui bank Dunia,  IMF ,  Asian Development bank dan bandit ekonomi adalah mush masyarakat nomor satu.

·        Negosiasi ulang hutang.  Komitmen Indonesia pada fora internasional terutama pada WTO juga harus ditinjau ulang.

·        Rekonstruksi ulang kebijakan ekonomi nasional,  dari yang pro kreditor dan investor asing ke yang pro rakyat.

·        Tegakkan hukum tanpa diskriminasi.

0 komentar:

Posting Komentar